MOHON MAAF BLOG SEDANG DALAM TAHAP PENGEMBANGAN

Budaya, Sosial Media dan Nasionalisme

2 komentar

Revolusi dunia sosial media, menjadi alat pemegang daulat opini, entah itu mainstream atau antimaintstream. Seperti layaknya pro-kontra, kontra – anti-kontra dan sebagainya. Mengambil dari ilmu muka wajah mata uang logam. Meskipun satu, tapi terdiri dari dua sisi. Dalam kehidupan nyata, sebut saja sisi jahat / buruk dan sisi baik / bagus. Kita perlu memutuskan mau menjadi apa tergantung dri kita sendiri yang memutuskan dengan kepengintan tertentu pastinya. Hal serupa semarak dan beberapa kali bisa kita lihat di saat ramainya pemilu raya kemarin. Ada pihak yang mati-matian melambungkan suatu nama / golongan, dan sebaliknya ada pula yang rela di bully membela pendapat yang mengarah ke suatu nama / golongan.


Dampaknya, banyak akun-akun anonim yang dibuat untuk menggembar-gemborkan komoditas mainstream framming opinion. Banyak hal yang terjadi, mungkin bagi pengguna baru yang penasaran bagaimana dinamika yang ada di twitter akan segera menampakan kernyut di dahi dengan berbagai macam opini yang terus menerus dibangun secara terstruktur dan masif.


Media pertelevisian terutama entertainment semakin banyak yang mempopulerkan tokoh / artis ataupun programnya menggunakan sosial media seperti twitter dan facebook. Hal tersebut sebagai upaya membangun human insterest untuk terus mengikuti perkembangan yang terbaru alias up-todate. Layaknya sinetron yang digemari ibu-ibu tak mau ketinggalan satu kali tayangan episode sekalipun. Begitu terlewat, sedikit kekecewaan.


Arus informasi semakin banyak diperoleh, banyak juga kebudayaan yang harusnya kita jaga. Mengutip dari lagu musisi band daerah Banyumas, dengan judul “waspada serangan alien” merupakan bentuk kritik menggelitik tentang beberapa budaya masyarakat yang lama kelamaan akan hilang ditelan zaman modernisasi ini. Walaupun sedang maraknya isu-isu pembangunan yang terus digempur dengan APBDN sampai defisit sekalipun, tetapi dampak negatif dari penggempuran itu tetap dirasakan oleh sebagian orang di pedesaan  / pelosok. Misalnya, seringnya mati lampu sebagai akibat defisitnya stok energi listrik disuatu gardu listrik atau upaya perawatan (maintenance) dari PLN sampai ada yang membuat Earth Hour sebagai langkah positif untuk beberapa saat menghemat energi listrik. Kalau yang sering mati listrik berarti mereka adalah aktivis earth hour sejati.

Continue reading →